
Oleh : Gregori Alouw
Di tengah derasnya arus modernisme, rumah-rumah tradisional mulai ditinggalkan karena dianggap kuno. Padahal, arsitektur yang tumbuh di masyarakat secara turun temurun ini telah teruji selama berabad-abad mampu mengharmonisasikan dirinya dengan lingkungannya. Sayangnya, belum semua kekayaan itu dapat dipelajari dan diaplikasikan dalam dunia arsitektur kekinian karena belum tergali dan terdokumentasi secara optimal.
Ironisnya, dokumentasi
malah lebih sering dilakukan oleh peneliti asing. Hal ini menjadi sebuah
tantangan bagi Arsitek Indonesia sebab sebenarnya kita masih belum tahu banyak
tentang kekayaan arsitektur nusantara yang sebenarnya.
Pulau Timor memiliki sejuta pesona yang belum dijelajahi,
dan bahkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia sendiri. Pulau Timor masih
memiliki banyak kampung tradisional yang menyimpan nilai-nilai sejarah dan
budaya yang kental. Salah satu kampung tersebut adalah Sonaf Tamkesi.
Banyak
rumor beredar mengenai Sonaf ini, seperti banyaknya pantangan, adat yang sangat
ketat, serta pencapaian yang tidak mudah. Sonaf Tamkesi terletak di Kecamatan
Biboki Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timor.
Perjalanan ke Sonaf Tamkesi bisa menggunakan kendaraan umum dari Kupang menuju
ke Kefamenanu , dilanjutkan motor atau mobil 4wd ke arah Sonaf Tamkesi.
• Kehidupan Penduduk
Sonaf Tamkesi
Dalam istilah setempat, bahasa Dawan, Tamkesi berarti sudah
terikat kuat pada porosnya dan kokoh tidak tergoyahkan (namanun, nate aben,
karna kekonten,karna helonten). Penamaan Tamkesi tidak terlepas dari sejarah
panjang kehidupan nomaden yang mewarnai kultur rakyat Biboki dahulu untuk
menemukan pusat bumi dengan bantuan Besi Tnais.
Besi Tnais adalah benda keramat
kerajaan Biboki berbentuk timbangan. Lokasi Tamkesi dipercaya menjadi pusat
bumi sehingga dijadikan pusat kerajaan Biboki yang dipimpin oleh seorang raja
yang disebut Usif Kokoh/Kaiser. Selain itu, lokasi Tamkesi dianggap sempurna
karena lengkap dengan unsur alam seperti batu, air, kayu, tanah karena dianggap
memiliki kesakralan.
Warga Tamkesi yang merupakan Klan Usboko dari Suku Dawan
atau dalam istilah setempat disebut Atoin Meto. Etnis Atoin Meto ini tinggal
menyebar di Timor bagian Barat. Etnis ini mencakup kerajaan Biboki, Insana,
Oenam (Miomaffo dan Mollo), Amanuban, Amnatun, Amarasi, Amfoan dan Ambenu.
Atoin Meto secara harafiah berasal dari kata Atoni yang berarti manusia atau
seorang laki laki dan meto yang bermakna kering, tandus, kritis, berdebu.
Sebutan ini relevan karena jika kita melihat keadaan alam di pulau Timor
didominasi oleh hamparan sabana dan stepa.
Warga setempat umumnya menggunakan bahasa Dawan. Karena
warga yang tinggal di Tamkesi merupakan yang klan bangsawan, maka bahasa yang
dipakai bahasa Dawan Kromo yang memiliki tingkatan seni sastra lebih tinggi
dibandingkan bahasa Dawan rakyat biasa. Umumnya warga mengenakan kain tenun
khas motif biboki dan pria memakai tutup kepala khas bangsawan yang disebut pilu
atau destar.
Kehidupan masyarakat bersifat sosial kolektif yang
mengutamakan kekeluargaan yang diatur dalam hukum adat setempat.
Kaiser tidak
memutuskan perkara karena diyakini bertindak arif dan penuh kasih sayang tetapi
melalui para amaf. Amaf merupakan Raja-raja kecil yang memimpin suku-suku yang
tersebar di seluruh penjuru kerajaan.
Secara umum, suku-suku ini digolongkan
menjadi 2 suku besar yakni: Ama Naek Paisanaunu dan Ama Naek Belsikone.
Masing-masing amaf menjadi semacam dewan perwakilan suku-suku kecil untuk
menghimpun aspirasi rakyat dan mempermudah koordinasi misalnya pembangunan
sonaf dan penyerahan upeti. (bersambung)
0 komentar :
Posting Komentar